Reliance Logo

Created at 16 Jan 2023

Memasyarakatkan Asuransi

Selasa, 5 Maret 2014

KENDATI berbagai macam edukasi agar pandangan bahwa asuransi itu tidak hanya untuk orang terus dilakukan, nyatanya penetrasi asuransi tetap rendah. Mengutip dari Kompas.com pada November 2013, total penetrasi di Indonesia hanya sekitar 1,77 persen dari total PDB berdasarkan lembaga pemeringkat Fitch Ratings. Angka penetrasi ini tertinggal jauh dengan Singapura yang mencapai 6.03 persen dari PDB dan Malaysia sekitar 4,8%.

Kami melihat selama ini penggarapan pasar asuransi masih belum maksimal untuk level mikro di masyarakat. Pengetahuan yang kurang mengenai dunia asuransi ditambah masih banyaknya masyarakat yang inbankable membuat cara pengaturan keuangan kalangan menengah ke bawah masih sedikit tidak teratur.

Kami pernah melakukan riset langsung di masyarakat dengan mengajak berbincang seorang tukang ojek. Sampai ditanyakan, apakah mereka memiliki simpanan, jawabannya tidak ada. Mereka memikirkan hasil hari ini untuk hari ini, masalah esok dipikirkan esok hari. Mereka sama sekali tidak memikirkan jika sewaktu-waktu kejadian yang tidak diinginkan terjadi pada dirinya saat bekerja, lantas bagaimana dengan keluarganya?

Mereka sebenarnya tahu akan pentingnya asuransi, tetapi mereka beranggapan, “Buat makan saja susah, bagaimana membayar asuransi yang biasanya mahal.” Inilah yang terjadi di kalangan memengah ke bawah. Sistem asuransi selama ini memang tidak ada yang mengakomodasikan hal tersebut. Premi yang sangat terjangkau bagi mereka yang penghasilannya harian sejauh ini belum ada. Inilah yang kami perjuangkan di Reliance, dengan harapan semua orang di segala lapisan masyarakat bisa tersentuh dan merasakan manfaat dari asuransi.

Hal inilah yang direalisasikan di Reliance dengan membuat sistem premi yang sesuai dengan kalangan menengah ke bawah. Sebagai contoh, kami membuat asuransi dengan premi Rp 15 ribu setahun untuk sekitar 600 orang pengemudi ojek di sekitar Setiabudi, Jakarta Pusat. Premi yang murah ini memiliki Uang Pertanggungan (UP) hingga Rp 10 juta. Premi yang murah ini dikelola oleh paguyuban pengemudi ojek. Dari sini, kami juga mudah mendata anggota. Proses klaim UP sendiri kami permudah, cukup dengan memperlihatkan kartu anggota asuransi yang didesain dengan modern dan KTP. Proses ini tidak berbelit karena kami dapat dengan mudah melakukan proses cek dan ricek langsung ke paguyuban.

Memang, kami baru hanya bisa memberikan produk asuransi tradisional (hanya peristiwa kematian) belum mencapai ke taraf ivestasi. Namun inilah wujud usaha kami untuk mengenal asuransi lebih luas lagi. Tidak hanya berhenti di pengemudi ojek, usaha ini membuahkan hasil untuk para petani di sebuah perusahaan kelapa sawitdi Kepulauan Riau dan Sembilan kepala desa di Purworejo, Jawa Tengah, yang akan mengasuransikan warganya tentu saja dengan premi secara kelompok.

Hasilnya, sejak 27 Agustus 2013, PT Asuransi Jiwa Reliance Indonesia (AJRI) berdiri dan mulai menjual produknya 1 April 2013, sebesar 90 persen kontribusi premi mikro asurasi kami. Total premi sejauh ini sudah mencapai Rp 80 miliar dengan keuntungan yang kami terima sebesar Rp 10 miliar – 11 miliar. Untuk sebuah perusahaan asuransi yang baru, pencapaian ini termasuk besar sekali.

Reliance juga menggandeng perbankan untuk menghadirkan bancassurance.  Selain itu sesuai dengan semangat kami memperkenalkan asuransi lebih ke banyak orang, Reliance hadir di beberapa kampus tenama dengan menghadirkan Pojok Asuransi serta membuat berbagai acara dengan tema yang menarik untuk para anak muda. Kami ingin mereka lebih kenal asuransi sejak dini.

Kami percaya dengan memberikan premi yang murah, kami bisa membantu para pemegang premi konsentrasi bekerja tanpa mengkhawatirkan keamanan keluarganya. Dari situ, mereka bisa tumbuh berkembang dan pada akhirnya, kami pun bisa ikut berkembang. [VTO]